Oleh Ivaldo Wibowo
Bukan
maksud menghindar dari ruang sunyi, tempat kesenangan yang tersamar bersemayam
Namun
senja terlanjur menunggu hilang
Ketika
bias cahaya berdusta
Sampai
harmonika kehilangan rongga-nya
Secangkir
susu hangat pelepas dahaga yang lara, seketika membuat terlena
Risau...
rasa itu semakin busuk
Berlinang
kesal menyibak sendu
Hati
mengadu pada sebelah hati yang tabu
Merah
merona hati pecandu
Nada-nada
minor mengalun tepat dibawah kaki gunung
Cemara
di kota tua mengadu lirih pada seorang gagah perkasa
Batu
kapur tak jumawa di hardik seorang tua ringkih bertahta
Tulang
rawan yang menyendiri, tertawa kaku melihat air laut
Diminumnya
hingga lautan surut
Seketika
suka selalu tertawa kaku pada pengadu
Pecandu
dan pengadu berpadu hidup berjabat tangan
Menanam
kebencian di dalam kebun kacang...
0 comments: