Oleh Wildan Hafidin
Alumni Mahasiswa S1 Pendidikan Kewarganegaraan
Tahun politik?
Bukan kah setiap tahun kegiatan politik berlangsung? Mungkin relevansi tahun
politik dengan momentum pemilihan atau saya namakan saja dengan “khidmat
kebijaksanaan” (refleksi untuk kemaslahatan). Kiranya dipahami sebagai sebuah
refleksi bahwa kita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara diharuskan untuk
memilih perwakilan daerah sebagai pemimpin daerah demi terciptanya kemaslahatan
bersama. Adapun konotasi pada momentum “khidmat kebijaksanaan” kiranya di aminkan
dengan sebutan yang sering diucapkan yaitu pesta demokrasi. Sedikit
berkontemplasi dengan realita akupun belum menemukan demokrasi seperti apa yang
dianut negara ini.
Sejarah
menunjukan dalam konteks ketatanegaraan dan administrasi negara atau penyelenggaraan
negara dalam praktiknya, fluktuasi pemikiran-pemikiran untuk meramu demokrasi
Indonesia terus terjadi, namun apapun itu mereka menyebutnya sebagai demokrasi
Pancasila. Tahun ke tahun periode kepemimpinan bangsa ini membuahkan
gagasan-gagasan apik dalam membangun negeri secara praktik. Namun disisi lain
beberapa masalah yang muncul menjadi banyak perhatian. Sudah saatnya kita lebih
banyak mengapresiasi setiap kinerja yang ditunjukan penyelenggara negara akan
tetapi tidak membiarkaannya begitu saja.
Sesuatu yang
tidak bisa dipisahkan karena sejatinya manusia memiliki keseimbangan. Apresiasi
dan hakim-menghakimi menjadi perhatian serius untuk terciptanya kehidupan yang
damai, adil, sejahtera, makmur dan merdeka. Demikian kehidupan manusia
Indonesia khususnya yang ingin dicapai secara bersama-sama. Titipan suara dalam
konteks “khidmat kebijaksanaan” sangatlah berat manakala dihadapkan dengan
konotasi yang berimbang dengan kenyataan. Ya itulah pesta demokrasi di dalamnya
banyak hal yang kita kira selama ini adalah sebuah keuntungan namun nyatanya
adalah sebuah penghamburan atau lebih jauhnya lagi kesyukuran yang tertunda.
Tak heran kita banyak mendapati praktik-praktik tidak serius dalam arena “khidmat
kebijaksanaan”. Banyak yang mengenal istilah money politik dll. Cukup jelas aku
kira semua bersandar pada hakikat dan makna dalam pesta demokrasi.
Lebih lanjut
saat ini sebagai warga Jawa Barat sedang mengalami hingar bingar kontestasi
pemilihan di alam demokrasi ini yang menghangatkan suasana kehidupan berbangsa
dan bernegara. Tak luput pula di daerah lain yang mengalami hal yang sama.
Masalah demi masalah dikuak menjadi konsumsi publik sebagai upaya pencerdasan
politik yang dilakukan oleh media sebagai ujung tombaknya. Persepsi demi
persepsi hadir sebagai konsekuensi dari hingar bingar pemillihan di daerah.
Mereka yang mengapresiasi tak sedikit pula yang ragu dan tidak mau tau. Namun
pada akhirnya semua itu dihadapkan pada pilihan yang berisi harapan yang tidak
terhitung.
Harapan yang
sangat diinginkan ialah doa menyertai disetiap tangan mengayunkan pilihan dalam
bilik suara. Memang begitu adanya kita bukan dipaksa tapi diharuskan meluangkan
waktu untuk menuju tempat pemilihan. Kiranya kita bisa mengucapkan doa terbaik
dan memilih, untuk keberlangsungan negeri ini dalam proses pemilihan dibilik
suara. Semoga tercapai khidmat kebijaksanaannya.
0 comments: