Saturday, May 18, 2013

Kebiasaan Menghasilkan Kebudayaan


Oleh : Tasya Fildzah
“Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan”, menurut Kingsley Davis salah satu pemerhati sosial kebudayaan Inggris.
Kebiasaan bermula dari suatu perbuatan yang di ulang-ulang dalam bentuk yang sama. Setiap yang diperbuat oleh manusia, merupakan hal kodrati yang dijalankan menurut bisikan hati nuraninya. Dan kebudayaan itu dihasilkan dari setiap perilaku atau perbuatan yang dilakukan oleh manusia dalam suatu tempat yang dilakukan berulang-ulang dan menjadi kebiasaan. Ketika semua orang melakukan sesuatu untuk mendapatkan segala yang diinginkannya, maka itulah yang dinamakan usaha.
Dalam sosiologi manusia memiliki cara untuk mendapatkan status kedudukannya atau kedudukan sosial dalam masyarakat. Namun fokus masalah kali ini adalah status yang diusahakan oleh manusia dengan cara Achieved Status atau status atau kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja melalui usaha dan kerja keras.
            Pendidikan merupakan cara atau langkah manusia untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, dengan cara mengembangkan kemampuannya serta mengasah segala potensi yang ada dalam dirinya. Pendidikan juga menjadi hal yang sangat penting karena pada zaman globalisasi ini yang sering kali dibutuhkan dan diunggulkan serta diutamakan dalam lapangan pekerjaan adalah orang-orang yang memiliki kualitas pendidikan yang baik.
            Dewasa ini untuk memimpin negara bukan lagi sekedar dilihat dari seberapa besar kekayaan yang dimilikinya atau berasal dari keturunan mana dan di mana tempat ia tinggal, melainkan pendidikan yang dimilikinya menjadi tolak ukur mampu atau tidaknya seseorang menjalankan atau memimpin suatu negara atau daerah. Khususnya di Indonesia, setiap orang yang ingin memiliki jabatan dalam instansi pemerintahan terutama untuk menduduki kursi eksekutif, legislatif dan yudikatif ialah harus orang-orang yang memiliki latar pendidikan yang baik. Namun pendidikan yang baik tidak selalu menghasilkan kebiasaan atau kebudayaan yang baik yang pantas untuk dijadikan tauladan bagi masyarakatnya.
            Tidak dapat dipungkiri, sekarang semua orang berlomba-lomba untuk bisa menduduki kursi DPR dan yang menjadi mayoritas golongan untuk menduduki tempat itu ialah para artis. Bahkan tidak hanya di DPR, dalam pemilihan Gubernur pun di Indonesia yang menjadi dominan ialah artis, dan entah mengapa apabila artis menjadi adalah satu kandidat pasti menjadi satu daya tarik tersendiri dalam kemenangan suaranya.
             Mungkin dari segi kualitas kita tidak dapat menilainya secara langsung, sebelum kinerja yang dilakukan oleh mereka terlihat dan terasa dampaknya. Tapi dari segi pengalaman, pengetahuannya tentang politik, sistem pemerintahan, dan sebagainya yang ada sangkut paut dengan negara, para artis masih terbilang balita untuk bisa menjalankan itu semua. Sebagian besar yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif ialah artis yang dalam dunia entertaiment mereka sudah kurang aktif atau sedikit tersingkirkan dengan munculnya artis-artis pendatang baru. Dan hal ini menjadi suatu kebiasaan yang menghasilkan budaya baru bagi Indonesia.
            Kini bangsa Indonesia tidak lagi memiliki rasa persatuan dan kesatuan, melainkan bagaimana memperkuat diri dan mempertahankan apa yang dimilikinya, baik itu kekayaan atau kekuasaan. Ada beberapa mind set yang salah yang dijalankan oleh para anggota DPR, bukan bagaimana melaksanakan pemerintahan melainkan bagaimana cara untuk mengembalikan modal secara utuh saat pelaksanaan kampanye sebelum ia terpilih. Kinerja yang dihasilkan tidak selalu baik dan memuaskan bagi masyarakat, melainkan kini masyarakat menilai bahwa anggota DPR merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pamor partai politik yang menjadi kendaraannya untuk mencapai itu semua.
            Kenyataan yang ada di lapangan saat ini, kebiasaan dan budaya yang tercipta di kalangan pemimpin negara Indonesia ialah korupsi. Korupsi merupakan suatu tindakan memperkaya diri yang secara langsung merugikan keuangan atau perekonomian negara. Tidak sedikit pemimpin negara kita yang ingin ketika menduduki kursi pemerintahan ia langsung kaya raya dan memiliki gaya hidup yang serba mewah. Karena sudah membudaya, bahwa pemimpin negara haruslah glamour, maka para anggota DPR bukan lagi memikirkan dirinya sebagai wakil rakyat, melainkan mengusahakan segala cara untuk busa penuhi kebutuhan sekundernya. Salah satu cara yang sering terjadi dan berulang-ulang terjadi oleh kalangan yang sama di negara Indonesia ini tidak lain ialah korupsi. Menjadi jalan utama yang menyesatkan sekaligus merugikan banyak orang. Negara semakin terpuruk dengan kehadiran orang-orang yang memiliki kualitas pendidikan baik, yang diberikan amanah oleh rakyat, namun tidak memiliki tujuan mulia serta ingkar dari janji-janji yang telah diucapkannya.
Previous Post
Next Post

Unit Pers dan Penerbitan HMCH adalah salah satu unit khusus dalam intern Himpunan Mahasiswa Civics Hukum Jurusan Pendidikan Kewaganegaraan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia yang bergerak di bidang jurnalistik

2 comments: