Oleh : Tasya Fildzah
“Perubahan sosial merupakan bagian
dari perubahan kebudayaan”, menurut Kingsley Davis salah satu pemerhati sosial
kebudayaan Inggris.
Kebiasaan
bermula dari suatu perbuatan yang di ulang-ulang dalam bentuk yang sama. Setiap
yang diperbuat oleh manusia, merupakan hal kodrati yang dijalankan menurut
bisikan hati nuraninya. Dan kebudayaan itu dihasilkan dari setiap perilaku atau
perbuatan yang dilakukan oleh manusia dalam suatu tempat yang dilakukan
berulang-ulang dan menjadi kebiasaan. Ketika semua orang melakukan sesuatu
untuk mendapatkan segala yang diinginkannya, maka itulah yang dinamakan usaha.
Dalam
sosiologi manusia memiliki cara untuk mendapatkan status kedudukannya atau
kedudukan sosial dalam masyarakat. Namun fokus masalah kali ini adalah status
yang diusahakan oleh manusia dengan cara Achieved
Status atau status atau kedudukan yang diperoleh seseorang dengan disengaja
melalui usaha dan kerja keras.
Pendidikan merupakan cara atau
langkah manusia untuk bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik, dengan cara
mengembangkan kemampuannya serta mengasah segala potensi yang ada dalam
dirinya. Pendidikan juga menjadi hal yang sangat penting karena pada zaman
globalisasi ini yang sering kali dibutuhkan dan diunggulkan serta diutamakan
dalam lapangan pekerjaan adalah orang-orang yang memiliki kualitas pendidikan
yang baik.
Dewasa ini untuk memimpin negara
bukan lagi sekedar dilihat dari seberapa besar kekayaan yang dimilikinya atau
berasal dari keturunan mana dan di mana tempat ia tinggal, melainkan pendidikan
yang dimilikinya menjadi tolak ukur mampu atau tidaknya seseorang menjalankan
atau memimpin suatu negara atau daerah. Khususnya di Indonesia, setiap orang
yang ingin memiliki jabatan dalam instansi pemerintahan terutama untuk
menduduki kursi eksekutif, legislatif dan yudikatif ialah harus orang-orang
yang memiliki latar pendidikan yang baik. Namun pendidikan yang baik tidak
selalu menghasilkan kebiasaan atau kebudayaan yang baik yang pantas untuk
dijadikan tauladan bagi masyarakatnya.
Tidak dapat dipungkiri, sekarang
semua orang berlomba-lomba untuk bisa menduduki kursi DPR dan yang menjadi
mayoritas golongan untuk menduduki tempat itu ialah para artis. Bahkan tidak
hanya di DPR, dalam pemilihan Gubernur pun di Indonesia yang menjadi dominan
ialah artis, dan entah mengapa apabila artis menjadi adalah satu kandidat pasti
menjadi satu daya tarik tersendiri dalam kemenangan suaranya.
Mungkin dari segi kualitas kita tidak dapat
menilainya secara langsung, sebelum kinerja yang dilakukan oleh mereka terlihat
dan terasa dampaknya. Tapi dari segi pengalaman, pengetahuannya tentang
politik, sistem pemerintahan, dan sebagainya yang ada sangkut paut dengan
negara, para artis masih terbilang balita untuk bisa menjalankan itu semua.
Sebagian besar yang mencalonkan diri menjadi anggota legislatif ialah artis yang
dalam dunia entertaiment mereka sudah kurang aktif atau sedikit tersingkirkan
dengan munculnya artis-artis pendatang baru. Dan hal ini menjadi suatu
kebiasaan yang menghasilkan budaya baru bagi Indonesia.
Kini bangsa Indonesia tidak lagi
memiliki rasa persatuan dan kesatuan, melainkan bagaimana memperkuat diri dan
mempertahankan apa yang dimilikinya, baik itu kekayaan atau kekuasaan. Ada
beberapa mind set yang salah yang
dijalankan oleh para anggota DPR, bukan bagaimana melaksanakan pemerintahan
melainkan bagaimana cara untuk mengembalikan modal secara utuh saat pelaksanaan
kampanye sebelum ia terpilih. Kinerja yang dihasilkan tidak selalu baik dan
memuaskan bagi masyarakat, melainkan kini masyarakat menilai bahwa anggota DPR
merupakan salah satu cara untuk meningkatkan pamor partai politik yang menjadi
kendaraannya untuk mencapai itu semua.
Kenyataan yang ada di lapangan saat
ini, kebiasaan dan budaya yang tercipta di kalangan pemimpin negara Indonesia
ialah korupsi. Korupsi merupakan suatu tindakan memperkaya diri yang secara
langsung merugikan keuangan atau perekonomian negara. Tidak sedikit pemimpin
negara kita yang ingin ketika menduduki kursi pemerintahan ia langsung kaya
raya dan memiliki gaya hidup yang serba mewah. Karena sudah membudaya, bahwa
pemimpin negara haruslah glamour, maka para anggota DPR bukan lagi memikirkan
dirinya sebagai wakil rakyat, melainkan mengusahakan segala cara untuk busa penuhi
kebutuhan sekundernya. Salah satu cara yang sering terjadi dan berulang-ulang
terjadi oleh kalangan yang sama di negara Indonesia ini tidak lain ialah
korupsi. Menjadi jalan utama yang menyesatkan sekaligus merugikan banyak orang.
Negara semakin terpuruk dengan kehadiran orang-orang yang memiliki kualitas
pendidikan baik, yang diberikan amanah oleh rakyat, namun tidak memiliki tujuan
mulia serta ingkar dari janji-janji yang telah diucapkannya.
artikelnya bagus.. GOOD JOB
ReplyDeletemakasih teh, liat-liat artikel yang lainnya juga ya :)
ReplyDelete