Sunday, October 27, 2024

Sang Penghuni Kost Kamar 17, siapakah dia ???

 

 

TETANGGA KOSTKU TERNYATA…

Penulis : Anonim

Cerita ini berawal saat pertama kali aku memutuskan untuk ngekost disalah satu kosan sederhana yang dekat dengan kampus. Aku tidak bisa menyebutkan dimana detail lokasinya karena ditakutkan melanggar privasi atau ditakutkan menimbulkan kegaduhan di masyarakat. Sebut saja aku Reza, bukan nama sebenarnya melainkan nama samaran. Aku saat ini merupakan mahasiswa tingkat akhir yang sedang menyusun skripsi. Seperti mahasiswa tingkat akhir pada umumnya, kebanyakan waktuku dihabiskan dikosan karena memang tugasku ke kampus hanya sebatas bimbingan atau paling-paling ke perpustakaan untuk sekadar numpang wifi disana. Oh ia, aku merupakan mahasiswa disalahsatu kampus yang ada di Jl. Dr. Setiabudhi.

Seperti yang sudah aku ceritakan diawal bahwa aku banyak menghabiskan waktuku dikost untuk mengerjakan skripsi. Seperti pada umumnya kost sederhana di Bandung, lokasinya biasanya masuk kedalam sempitnya gang. Otomatis agak jauh dari keramaian jalan raya. Bagiku ngekost ditempat seperti ini malah membuatku nyaman, apalagi aku termasuk orang yang suka ketenangan dan tidak suka keramaian. Sehingga aku bertahan ngekost disini dan tidak beranjak pindah kemana-mana. Kamarku berada di lantai 1, paling pojok dan berhadap-hadapan dengan salah satu kamar lain. Aku menempati kamar nomor 16 sedangkan kamar didepanku nomor 17. Sudah sekitar 3 bulan kamar tersebut kosong setelah penghuni terakhir pindah, itupun dia hanya bertahan sekitar 1 bulan. Bahkan aku belum sempat berkenalan karena memang kesibukan kami masing-masing. Belum lagi aku kan agak sulit kalau harus berkenalan dengan orang baru.

Sudah sekitar seminggu berlalu, kostan terasa sepi sekali, mungkin karena ini hari sabtu banyak penghuni yang biasanya “pulkam”. Sore hari sekitar pukul 4, aku mendengar suara pintu kamar tetangga kostku terbuka. Aku intip rupanya ada penghuni baru, seorang lelaki tidak terlalu tinggi agak berisi dan berkacamata. Oh tetangga baru pikirku, mungkin kedepannya bisa aku ajak berkenalan untuk sekadar menunjukan keramahanku padanya. Tapi ternyata… tetangga kostku lebih nolep dariku! Dia jarang sekali keluar kamarnya, paling-paling dia keluar sekadar untuk membeli makan atau ke kamar mandi. Maklum kamar mandi kami masih dipakai bersama, itupun hanya ketika hari Sabtu saja dia bisa terlihat keluar, selebihnya seperti tidak ada kehidupan.

Aku tidak banyak berkomentar, toh itu hak dia sebagai penghuni yang mungkin tidak ingin terlalu banyak bergaul. Toh aku juga sering seperti itu kan, tapi selang satu bulan berlalu aku menemukan kejanggalan. Aku sering mendengar dari kamar itu suara erangan seperti orang yang sedang menahan rasa sakit. Seperti biasa aku hanya bisa mengintip dari balik jendela kamarku. Pada saat aku asyik mengintip, tiba-tiba tetangga kostku itu keluar. Aku kaget, buru-buru aku tutup gorden dan cepat-cepat duduk kembali di depan laptopku.

Hari demi hari, keanehan semakin menjadi, suara erangan dari kamar nomor 17 itu semakin dalam, seperti keluar dari dalam tenggorokan. Entah kenapa aku sendiri tidak berani keluar atau melapor kepada pemilik kost. Aku seakan tertahan dan hanya bisa mendengar suara tetanggaku itu dari dalam kamarku sendiri.

Skripsiku tak kunjung ada kemajuan, aku merasa dari seminggu kemarin hanya berkutat di latar belakang. Mungkin aku perlu istirahat sejenak, ditengah hiruk pikuk perskripsian ini. Aku berusaha memejamkan mata sambil berusaha melupakan skripsiku untuk sejenak. Sampai tiba-tiba…

Aku tersadar dan sudah terbaring ditempat tidur puskesmas! Entah apa yang terjadi, aku berusaha bangun dan bersandar, tapi kepalaku pusing. Aku bingung dan bertanya kenapa aku ada di puskesmas? Bukankah tadi sore aku tidur dikamarku? Ditengah kebingungan bapak pemilik kost menghampiriku sambil berkata “Alhamdulillah kamu sudah siuman, sudah seminggu kamu tidak sadarkan diri sejak kami temukan di kamar kamu”. Aku hanya bisa mengernyitkan dahi, hah seminggu? Tak sadarkan diri?

Setelah aku mulai bisa duduk, dijelaskan lah semuanya oleh pemilik kost tersebut bahwa aku ditemukan sudah tak sadarkan diri didalam kamarku dalam keadaan laptop menyala dan menunjukan halaman latar belakang skripsiku. Aku teringat tetangga kost ku, dan aku ceritakan kepada bapak kost bahwa tetanggaku juga seminggu kebelakang sepertinya sedang sakit. Namun alangkah kagetnya aku ketika bapak kost menjelaskan bahwa kamar nomor 17 yang ada didepanku itu masih kosong sejak 3 bulan terakhir dan belum ada yang menempati. Malah sebenarnya yang mengerang kesakitan itu suaranya berasal dari kamarku sendiri. Lalu siapa laki-laki tinggi berkacamata dan selalu keluar dihari sabtu sore itu?

Ternyata banyak hal yang tidak aku ketahui tentang kost ku itu, dari dulu kamar didepanku itu sangat jarang ada yang menempati, karena dulunya sempat ada mahasiswa yang ditemukan meninggal tanpa ada yang tahu. Sama seperti kebanyakan mahasiswa akhir pada umumnya, mereka meninggal sakit karena masalah skripsi dan membiarkan diri mereka ada dalam keadaan tidak sehat. Ada kalanya lupa makan dan stress sangat mudah membuat kita sakit. Aku belajar bahwa menjaga kesehatan dan tetap selalu berkomunikasi dengan tetangga kost adalah salah satu cara menitipkan diri supaya kita bisa saling memperhatikan.  Semoga cerita ini bisa jadi pelajaran unruk U-Friends semua agar dijauhkan dari marabahaya selama jadi mahasiswa. Aamiin…

NU DIGAMIS CAN KARUH AGAMIS

 

U - Bercerita


Redaktur UPP

Aya ku héran admin mah, prihatin jeung ngarasa karunya nalika ngupingkeun warta perkawis pelécéhan séksual 30 korban anu dumuk di panti asuhan Tangerang Banten (Kompas, 2024). Deudeuh teuing éta barudak anu sakabéhna lalaki téh jadi korban jahatna oknum patugas panti asuhan. Tina 3 kasangka kaseus pencabulan téh dua diantarana parantos katéwak ku pihak kapolisian, hiji deui mah gening masih jadi DPO atanapi asup daptar jalma anu nuju diudag ku pihak kapolilisian. Ari anu jadi kasangka téh teu aya sanés nu gaduh ogé pangasuh panti asuhan. Aya ku matak kagét ari korbanna dugika puluhan ogé geus lumangsung leuwih ti 20 taun mah. Matak hareugeueun nya U-Friends?

Keun ari masalah penanganan kaseus mah deuih da aya bagéan nana ku pihak-pihak anu aya tali tumalina jeung penegakan hukum. Atuh ari urang salaku warga nagara kudu kumaha? Ieu panginten anu kedah dilaksanakeun téh nyaéta langkah pencegahan atanapi preventif téa. Kadé U-Friends upami uninga atanapi terang ayana sangkaan kana kaseus anu matak pikahariwangeun mah saéna enggal laporan ka pihak anu wajib, pulisi misalna. Mensos ngadugikeun yén yayasan atanapi panti asuhan tempat dimana kaseus pelécéhan lumangsung téh teu ngabogaan izin resmi sama sekali. Puguh matak héran pan? Naha gening bet bisa ngajalankeun kagiatan nana nya? Naha salami ieu teh teu aya nu mariksa boh saha baé anu wenang dina perkara éta?

Ieu kasangka téh deuih, tina bungkusna mah agamis pisan. Anggéan nana oge NGAGALOBÉR digamis. Pan sangkaan urang mah biasana anu digaramis téh jalmi soléh. Bisa jadi éta téh salahsahiji kamuflase kasangka supaya teu meunang kacuriga ti khalayak, méh gening kalakuan satukangeun nana mah rucah! Bener saur papatah deungun, don’t judge a book by the cover, nyawang manusa mah ulah ditempo tina papakéan nana. Can karuh nu sarungan téh jalma iman, can karuh nu di lepis babarawakan tuur na téh jalma barangasan. Apan haté jalma mah teu aya nu bisa ngobét, luarna alus jero-jerona mah apan mung inyana sareng Pangéran nu uninga.


Friday, October 25, 2024

 

KUCING PELINDUNG MAHASISWA DI AREA KAMPUS BUMSIL

Penulis : Anonim

U-Friends nyadar nggak sih? Kalau kampus kita Bumi Siliwangi itu salah satu kampus yang banyak banget kucingnya? Entah bertebaran darimana makhluk-makhluk lucu itu, seakan menghiasi tiap sudut bagunan atau tempat-tempat yang biasa jadi tempat nongkrong mahasiswa. Sungguh sebuah suasana yang nggak akan terlupakan ketika nongkrong di lingkungan UPI yang asri dengan pohon-pohon rindangnya ditemani kucing-kucing gemes yang berlompatan kesana kemari.

Dulu banget, nggak pake banget sii… hehe. Admin masih inget pas zaman-zamannya aktif di HMCH. Dulu sekitar tahun 2022-an lah, masih kinyis-kinyis mahasiswa semester 3 atau 4. Masih semangat-semangatnya banyak kegiatan di HMCH yang mengharuskan kita pulang malem terus. Sampe-sampe kadang pulang lebih dari jam 12 malam demi menyelesaikan acara. Disclaimer dulu nih U-Friends, buat kalian yang sering berkegiatan di UPI malam-malam, pasti sudah tidak asing dengan suasana UPI di malam hari. Dimana pohon-pohon rindang dan besar menghiasi tiap sudut jalan seakan melambai pada setiap orang yang lewat.

Hening. Hening sekali. Suatu ketika admin bareng sama tiga temen admin, sebut saja Kang Deni, Teh Agis dan Teh Elis. Waktu itu kita habis kegiatan di “Keong” atau Shell Dome biasa orang menyebutnya. Buat yang kurang tahu lokasinya ada di sebelah timur atas kampus UPI, atau sebelah utara gedung isola percis dipinggirnya Museum Pendidikan Nasional. Waktu itu admin dan ketiga temen admin selesai kegiatan pukul satu dini hari. Kebayang kan sepinya UPI jam segitu. Kami berempat pulang dari Keong melewati jalan utama yang rutenya dimulai dari gedung FPBS, kemudian gedung Garnadi, FPEB, Balai Bahasa, FK hingga ke FPOK.

Bisa dibayangkan betapa sepinya rute tersebut, apalagi dari FK kesananya lagi. Iyyy…belum apa-apa admin udah merinding duluan. Dari daerah FPEB, admin merasa kok ada yang mengawasi ya? Ah mungkin cuma perasaan admin saja, toh admin juga nggak mau bikin yang lain takut kalau-kalau harus bilang merasa ada yang mengawasi. Kami terus berjalan, tanpa kami sadari dibelakang kami ada seekor kucing berbulu putih dengan ekor yang panjang mengikuti kami, seakan tidak membiarkan kami lewat sendiri melalui jalan itu. Angin berhembus, suara daun bergesekan satu sama lain, menambah suasana mencekam melewati rute jalan dekat FK itu. Kami terus berjalan sambil mengobrol kecil, memecah keheningan malam yang sepi. Ditambah lampu-lampu jalan yang seharusnya menerangi malam itu padam, gelap, hanya diterangi oleh senter dari HP kami masing-masing.

Tiba saatnya kami melewati gedung FPOK, langkah kami semakin cepat, admin makin yakin kalau kami sedang diawasi oleh mata-mata yang tidak terlihat. Entah mahluk apa yang mungkin sedang mengintai kami. Intinya tubuh kami memberikan reaksi merinding sebagai upaya pertahanan dari ancaman. Kucing yang mengikuti kami terus setia dibelakang kami, adanya kucing itu sedikit menenangkan kami yang ternyata teman-teman admin juga merasakan hal yang sama. Setelah melewati FPOK, kami tiba dideka gedung tenis dekat FPMIPA. Admin berhenti dan berbalik dan mengatakan perkataan spontan kepada kucing yang dari tadi mengikuti kami. “Sudah meng, kami sudah merasa aman, sekarang kamu boleh kembali ketempat kamu tadi, jangan ikuti kami terus, kami sudah dekat dengan rumah kami…”

Seakan mengerti perkataan admin, kucing itupun ikut berhenti dan seperti memandangi kami yang berlalu pergi. Memastikan kami pulang dengan selamat, kemudian kucing itu menghilang dibalik gelapnya pepohohan FPOK. Kami bisa bernafas lega sambil keheranan, kok kucing itu mengikuti kami sampai FPMIPA? dan mengapa dia seperti mengerti bahasa yang kami ucapkan? Wallahu a'lam, mungkin itu adalah salah satu pertolongan Tuhan bagi hambanya yang merasa tidak aman dengan mengutus makhluk lucu unruk mengantarkan kami pulang.

Friday, July 12, 2024

Edukasi Psikologi Abad 21 Melalui Heart Interaction dan Roleplay


Edukasi Psikologi Abad 21 Melalui Heart Interaction dan Roleplay

(TIM PKM PSYCHOVICS)

Kesehatan mental kerap kali dianggap kurang penting dibandingkan kesehatan fisik. Padahal, berdasarkan survei Indonesia National Adolescent Mental Health Survey (I-NAMHS) pada Oktober 2022, satu dari tiga remaja di Indonesia, atau sekitar 15,5 juta remaja, mengalami masalah kesehatan mental. Kesehatan mental adalah fondasi utama untuk mencapai kesejahteraan hidup yang holistik, dan masalah ini dapat menyebabkan remaja tidak terlibat aktif dalam perannya sebagai warga negara.

Menanggapi masalah ini, The Coalescence of Civics Psychology Program menawarkan solusi untuk menambah wawasan kewarganegaraan dan membantu mengatasi misedukasi tentang kondisi kesehatan mental. Program ini memperkenalkan dua teknik: heart interaction dan roleplay.

Heart interaction melibatkan journaling afirmasi yang bertujuan membantu individu mengatasi kekhawatiran dan ketakutan akan penolakan melalui proses reflektif dan penguatan pikiran positif. Afirmasi positif ini menjadi solusi untuk mengatasi rasa kekhawatiran berlebih terkait penolakan, yang merupakan ciri dari gangguan kesehatan mental. Melalui journaling, individu diajak untuk tenang dan menyalurkan permasalahannya, dengan tujuan menyembuhkan perasaan melalui pikiran.

Teknik kedua adalah roleplay, yang merupakan permainan peran untuk membangun kesadaran sosial sebagai warga negara. Roleplay termasuk salah satu bentuk dari drama therapy dan psikodrama. Melalui teknik ini, individu dapat mengeksplorasi dan mempraktikkan respons terhadap situasi yang biasanya mereka hindari, seperti interaksi sosial dan penolakan.

Dengan pendekatan ini, The Coalescence of Civics Psychology Program berharap dapat memberikan kontribusi signifikan dalam meningkatkan kesehatan mental remaja di Indonesia, serta memperkuat peran mereka sebagai warga negara yang aktif dan sadar akan pentingnya kesejahteraan holistik.


Saturday, June 1, 2024

Puisi Menggapai Impian di Kampus Tercinta

MENGGAPAI IMPIAN DI KAMPUS TERCINTA

Penulis : Anonim


Di kampus tercinta, di mana impianku lahir

Di mana ilmu pengetahuan dan pengalaman bersemi

Di mana teman-teman yang baik dan dosen yang membimbing

Membantu aku mencapai impian yang tersembunyi

 

Di kampus ini, aku belajar tentang kebersamaan

Mengenang kisah dan kenangan indah

Menimba ilmu pengetahuan untuk masa depan

Dan menemukan dosen yang akan selalu dihormati

 

Di sini, aku berjuang untuk menjadi yang terbaik

Menjadi pribadi yang maju dan berwawasan

Menggapai impian yang tersembunyi di dalam hati

Dan menjadi bagian dari perjalanan hidup yang akan terus berlanjut

 

Sekolahku, semoga engkau jaya selalu

Menjadi tempat mendidik putera puteri bangsa

Menjadi generasi penerus yang berguna

Selamat tinggal, kau tak akan pernah aku lupakan

Meski seiring perkembangan zaman

Perpisahan ini akan selalu mengandung rindu

Tapi, di dalam hati, kenanganmu akan tetap berada

Sebagai bagian dari perjalanan hidupku yang akan terus berlanjut 

Tuesday, April 2, 2024

Pantura




Pantura

Penulis : Lutfil Hakim


Matahari terbit tampak dari utara jawa
Tetesan darah dan keringat para pitarah
Membangun kausa peradaban pantai utara
Sebuah kehangatan kian menjamah

Hingga menjadi Tempat teduh para pengelana
Suara klakson bising tetapku nikmati sebagai lagu
Desakan yang menghambat penantian sanak saudara
Liang-liang yang kala itu menjadi sumber kesedihan

Rintisan niaga berdiri di sepanjang arteri negeri
Iringan cahaya obor ikut serta menyertai
Merehatkan sejenak para pecandu kopi
Sembari berdoa di penghujung malam bulan suci

Bagaikan radiator spring yang nan sirna akan kejayaan
Sumber kehidupan tersulih lidah hitam menjulur
Menyirnakan vibrasi kenangan jalan
Yang hanya Sebatas jalur tak beralur

Thursday, November 23, 2023

Hembusan nyawa







 Hembusan nyawa

Penulis : Lutfil Hakim


Di kala cuaca mendung 

Irama denyut nadi bersenandung 

Birunya langit tersamarkan oleh kepulan kelabu yang menghiasi

Takkan menghalangi riangnya hati para syuhada tuk menyambut salam dari pencabut nyawa


Bahkan tekad api terus berkobar walaupun badai kian menerjang 

Dan tiap peluru menghujam tiap saka dan tiang takkan menghentikan suara adzan yang tiada henti berkumandang


Sekalipun tiap hembusan nafas adalah tarikan nyawa

Sekalipun tiap telinga kami tuli karena lelah mendengar jeritan

Sekalipun tiap galian tanah mengundang tangisan 


Kami takkan berhenti berlari dan terus mendaki ke gunung nan tinggi serta berdiri diatas dunia demi mengibarkan kebenaran yang abadi.