TETANGGA
KOSTKU TERNYATA…
Penulis : Anonim
Cerita ini
berawal saat pertama kali aku memutuskan untuk ngekost disalah satu kosan
sederhana yang dekat dengan kampus. Aku tidak bisa menyebutkan dimana detail
lokasinya karena ditakutkan melanggar privasi atau ditakutkan menimbulkan
kegaduhan di masyarakat. Sebut saja aku Reza, bukan nama sebenarnya melainkan
nama samaran. Aku saat ini merupakan mahasiswa tingkat akhir yang sedang
menyusun skripsi. Seperti mahasiswa tingkat akhir pada umumnya, kebanyakan
waktuku dihabiskan dikosan karena memang tugasku ke kampus hanya sebatas
bimbingan atau paling-paling ke perpustakaan untuk sekadar numpang wifi disana.
Oh ia, aku merupakan mahasiswa disalahsatu kampus yang ada di Jl. Dr. Setiabudhi.
Seperti yang
sudah aku ceritakan diawal bahwa aku banyak menghabiskan waktuku dikost untuk
mengerjakan skripsi. Seperti pada umumnya kost sederhana di Bandung, lokasinya
biasanya masuk kedalam sempitnya gang. Otomatis agak jauh dari keramaian jalan
raya. Bagiku ngekost ditempat seperti ini malah membuatku nyaman, apalagi aku
termasuk orang yang suka ketenangan dan tidak suka keramaian. Sehingga aku
bertahan ngekost disini dan tidak beranjak pindah kemana-mana. Kamarku berada
di lantai 1, paling pojok dan berhadap-hadapan dengan salah satu kamar lain.
Aku menempati kamar nomor 16 sedangkan kamar didepanku nomor 17. Sudah sekitar
3 bulan kamar tersebut kosong setelah penghuni terakhir pindah, itupun dia
hanya bertahan sekitar 1 bulan. Bahkan aku belum sempat berkenalan karena
memang kesibukan kami masing-masing. Belum lagi aku kan agak sulit kalau harus
berkenalan dengan orang baru.
Sudah sekitar
seminggu berlalu, kostan terasa sepi sekali, mungkin karena ini hari sabtu banyak
penghuni yang biasanya “pulkam”. Sore hari sekitar pukul 4, aku mendengar suara
pintu kamar tetangga kostku terbuka. Aku intip rupanya ada penghuni baru,
seorang lelaki tidak terlalu tinggi agak berisi dan berkacamata. Oh tetangga
baru pikirku, mungkin kedepannya bisa aku ajak berkenalan untuk sekadar
menunjukan keramahanku padanya. Tapi ternyata… tetangga kostku lebih nolep
dariku! Dia jarang sekali keluar kamarnya, paling-paling dia keluar sekadar
untuk membeli makan atau ke kamar mandi. Maklum kamar mandi kami masih dipakai
bersama, itupun hanya ketika hari Sabtu saja dia bisa terlihat keluar,
selebihnya seperti tidak ada kehidupan.
Aku tidak banyak
berkomentar, toh itu hak dia sebagai penghuni yang mungkin tidak ingin terlalu
banyak bergaul. Toh aku juga sering seperti itu kan, tapi selang satu bulan
berlalu aku menemukan kejanggalan. Aku sering mendengar dari kamar itu suara
erangan seperti orang yang sedang menahan rasa sakit. Seperti biasa aku hanya
bisa mengintip dari balik jendela kamarku. Pada saat aku asyik mengintip,
tiba-tiba tetangga kostku itu keluar. Aku kaget, buru-buru aku tutup gorden dan
cepat-cepat duduk kembali di depan laptopku.
Hari demi hari,
keanehan semakin menjadi, suara erangan dari kamar nomor 17 itu semakin dalam,
seperti keluar dari dalam tenggorokan. Entah kenapa aku sendiri tidak berani
keluar atau melapor kepada pemilik kost. Aku seakan tertahan dan hanya bisa
mendengar suara tetanggaku itu dari dalam kamarku sendiri.
Skripsiku tak
kunjung ada kemajuan, aku merasa dari seminggu kemarin hanya berkutat di latar
belakang. Mungkin aku perlu istirahat sejenak, ditengah hiruk pikuk
perskripsian ini. Aku berusaha memejamkan mata sambil berusaha melupakan
skripsiku untuk sejenak. Sampai tiba-tiba…
Aku tersadar dan
sudah terbaring ditempat tidur puskesmas! Entah apa yang terjadi, aku berusaha
bangun dan bersandar, tapi kepalaku pusing. Aku bingung dan bertanya kenapa aku
ada di puskesmas? Bukankah tadi sore aku tidur dikamarku? Ditengah kebingungan
bapak pemilik kost menghampiriku sambil berkata “Alhamdulillah kamu sudah
siuman, sudah seminggu kamu tidak sadarkan diri sejak kami temukan di kamar
kamu”. Aku hanya bisa mengernyitkan dahi, hah seminggu? Tak sadarkan diri?
Setelah aku
mulai bisa duduk, dijelaskan lah semuanya oleh pemilik kost tersebut bahwa aku
ditemukan sudah tak sadarkan diri didalam kamarku dalam keadaan laptop menyala
dan menunjukan halaman latar belakang skripsiku. Aku teringat tetangga kost ku,
dan aku ceritakan kepada bapak kost bahwa tetanggaku juga seminggu kebelakang
sepertinya sedang sakit. Namun alangkah kagetnya aku ketika bapak kost
menjelaskan bahwa kamar nomor 17 yang ada didepanku itu masih kosong sejak 3
bulan terakhir dan belum ada yang menempati. Malah sebenarnya yang mengerang
kesakitan itu suaranya berasal dari kamarku sendiri. Lalu siapa laki-laki
tinggi berkacamata dan selalu keluar dihari sabtu sore itu?
Ternyata banyak hal
yang tidak aku ketahui tentang kost ku itu, dari dulu kamar didepanku itu
sangat jarang ada yang menempati, karena dulunya sempat ada mahasiswa yang
ditemukan meninggal tanpa ada yang tahu. Sama seperti kebanyakan mahasiswa
akhir pada umumnya, mereka meninggal sakit karena masalah skripsi dan
membiarkan diri mereka ada dalam keadaan tidak sehat. Ada kalanya lupa makan
dan stress sangat mudah membuat kita sakit. Aku belajar bahwa menjaga kesehatan
dan tetap selalu berkomunikasi dengan tetangga kost adalah salah satu cara
menitipkan diri supaya kita bisa saling memperhatikan. Semoga cerita ini bisa jadi pelajaran unruk
U-Friends semua agar dijauhkan dari marabahaya selama jadi mahasiswa. Aamiin…