SUKAR
Ketika rintik hujan, ketika itu pula ada seseorang berbagai watak membenarkan semesta
Kewarasanku memang amat sulit sedikit mereda.
Namun, waras atau tidaknya.
Raga ini yang tak mampu menahan rasa perih dalam menjaga sekadar harapan semata.
Paras itu membayangi dan menjadi bayang-bayang fatamorgana kehidupan.
Kala itu ...catatan kelam tak perlu terulang
Adakala sebagian orang menyesali keberadaannya .
Tidak usah risau .. ini kehidupan yang sebenarnya, memang terkadang bingung, bingung harus melakukan apa, bingung akan hal apa.
Kini dalam benaknya hanya terlontar kesalahan yang tak perlu adanya.
Ntahlah ... seiring waktu yang terus berputar
Tak terasa.. semakin menunjukan keegoan yang tak kunjung reda. Dan ... kala itu kau harus ingat lontaran kata demi kata.
Coba dengar, kali ini..
"Jikalau kau katakan, tidak ingin merasakan pahitnya kehilangan, kau bilang jangan pernah mempermainkan makhluk bernama perasaan"
Usai sudah perjalanan
Dalam malam penuh keheningan ini..
Langit pernah menangis, menangis kehidupan di bumi.
Langit juga pernah marah, marah datang kala badai.
Badai selalu datang, kapan, dimanapun berada.
Namun kau harus paham ini, "setelah badai usai, akan ada sepucuk keindahan hadir memberikan warna, menghiasi langit yang dulu pernah terbakar".
Hari ini aku merasakan nostalgia merasuk batin. Saat itu
Kala senja .. dia akan hadir waktu tiba
Jadi, tunggu perlahan saja.
Jika waktu sudah memihak,
Jika keadaan sudah reda,
Jangan resah, apalagi katakan "aku cukup diam".
Disya, 4 Juni 2022
0 comments: