Wednesday, May 16, 2018

TERORISME, POLITIK, DAN ADU DOMBA



Oleh Robby Xandria Mustajab
Mahasiswa S1 Pendidikan Kewarganegaraan

"Sebelum membahas lebih jauh, tulisan ini semata-mata dibuat untuk sarana edukasi bagi penulis khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Terlebih penulis sebagai insan akademis harus mampu kritis, melihat dari berbagai sisi secara berimbang, responsif juga solutif terhadap setiap peristiwa yang terjadi di Indonesia."

Ada apa dengan negara Indonesia saat ini?
Mungkin pertanyaan itu yang terus menerus terngiang dalam benak kita karena bertubi-tubi negara kita dihantam oleh berbagai macam berita yang menyedihkan dan memilukan, Kerusuhan di Mako Brimob, lalu kasus penusukan anggota polisi (masih di mako brimob), terbaru mengenai bom yang meledak di 3 Greja di Surabaya. Belum ada yang mampu memastikan motif rangkaian kejadian terorisme di Indonesia dalam sepekan, namun yang pasti semua peristiwa ini saling berkaitan dan mengkerucut dengan jelas untuk membuat negara Indonesia dalam kondisi darurat/tidak aman. Terlepas dari berbagai asumsi rentetan serangan terorisme di Indonesia dalam sepekan, penulis akan memaparkan berbagai peristiwa yang faktanya terjadi di Indonesia belakangan ini :

A. Terorisme dalam Sepekan
1. Kerusuhan di Rutan dekat Mako Brimob
Dilansir dari detik.com , kerusuhan di rutan negara cabang salemba, Depok Jawa Barat pada 8 mei 2018 terjadi lokasi Markas Komando (Mako) Bromob kurang lebih selama 36 jam, akibat adanya penyanderaan anggota polisi termasuk anggota densus 88. Upaya persuasif dilakukan mengingat di dalam lapas ada napi umum termasuk eks. Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) yang ditahan di sana karena kasus penodaan agama. Selain itu, ada juga napi wanita yang memiliki bayi. Dikhawatirkan jika salah langkah, situasi bisa semakin buruk. Setelah proses yang begitu alot peristiwa kerusuhan ini diakhiri dengan dilepaskan nya sandera yang ditukar dengan makanan, dan ultimatum untuk menyerah kepada pelaku kerusuhab sebelum fajar oleh Polri. Setidaknya ada 156 napi terorisme yang menyerah dengan mengibarkan kain putih sebelum fajar kepada polisi. Namun yang harus menjadi evaluasi Polri, dari 9 anggota polisi yang di sandera, 5 diantaranya tewas karena terus melakukan perlawanan. Peristiwa berdarah yang merenggut nyawa ini tidak bisa dikatakan hanya sebagai masalah kecil dengan motif biasa. Karena, Mako Brimob terkenal dengan penjagaannya yang begitu ketat namun seakan polisi terlambat satu langkah dalam hal pencegahan jatuhnya korban khususnya yang tewas.

2. Penusukan di Mako Brimob
Hanya berselang 2 hari dari kerusuhan yang terjadi di Rutan di lokasi Mako Brimob pada 8 mei 2018, terjadi pula kasus penusukan kepada anggota Polisi oleh tersangka dengan inisial TS pada 10 mei 2018. Korban diidentivikasi bernama Bripka Marhum yang tewas setelah ditikam oleh senjata tajam meski sempat di rawat. 
Dari rangkaian penyerangan terhadap rumah tahanan negara salembang di depok ini, Pemerintah bersama polri tidak bisa hanya berkutat dengan keperihatinan dan pemecahan motif peristiwa tersebut saja tapi juga harus ada evaluasi lemahnya polri dalam pencegahan jatuh nya korban, tentu secara serius upaya preventif harus direalisasikan agar peristiwa serupa tidak terulang kembali, disamping pemecahan motif masalah yang terjadi. 

3. Teror Bom 3 Greja di Surabaya
Kabid Humas Jawa Timur, Kombes Frans Barung dalam keterangan nya menyampaikan bahwa ada 40 orang luka 10 orang tewas dalam tragedi bom bunuh diri di 3 Greja dalam waktu bersamaan yaitu di Greja Santa Maria , Greja Kristen Indonesia , GPPS di Surabaya.
Semua orang termasuk umat Islam geram dan mengutuk terhadap tindakan keji bom bunuh diri yang dilakukan oleh siapapun atas dasar apapun. Karena mereka yang melakukan tindakan bodoh tersebut sesungguhnya benar-benar tersesat dari makna jihad, ijtihad, dan mujahadah yang berasal dari kata juhd yang berarti usaha penuh kesungguhan mendapat ridha Allah. Untuk mencapai surga Allah, dalam Islam sebagai Agama keselamatan yang mencintai kedamaian, keselamatan di identikan dengan "jalan" seperti yang tersurat (Q.S 1 : 6-7) Allah SWT berfirman:

اِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ  
"Tunjukilah kami jalan yang lurus,

صِرَاطَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ   ۙ  غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّآ لِّيْنَ
"(yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepadanya; bukan (jalan) mereka yang dimurkai, dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat."

Jalan yang lurus itu, jalan yang di ridhai Allah, bukan dengan bunuh diri atau membunuh orang lain seperti meledakan diri dan orang lain dengan bom, karena hal tersebut sangat di murkai Allah. Maka Allah pun mengutuk bagi siapa saja yang tidak menghargai nyawa sebagai rahmat kehidupan pemberian dari Allah, seperti dalam firman Allah :

وَلاَ تَقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ إِنَّ اللّهَ كَانَ بِكُمْ رَحِيمًا * وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ عُدْوَانًا وَظُلْمًا فَسَوْفَ نُصْلِيهِ نَارًا وَكَانَ ذَلِكَ عَلَى اللّهِ يَسِيرًا

“Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu. Dan barangsiapa berbuat demikian dengan melanggar hak dan aniaya, maka Kami kelak akan memasukkannya ke dalam neraka. Yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (QS. An Nisa: 29-30).

Disana sudah jelas, bahwa bunuh diri tidak diajarkan oleh Islam bahkan merupakan perbuatan yang di murkai Allah, maka siapa saja yang melakukan tindakan bunuh diri bukanlah seorang muslim atau bisa dikatakan bukan umat Islam, karena Al-Qur'an sebagai kitabnya saja sudah diingkari. Lalu bagaimana pandangan Islam mengenai bunuh diri yang disengaja juga untuk membunuh orang lain?(seperti kasus bom bunuh diri). 
Ini jelas keliru dan sesat, sebab Allah SWT jelws melarang membunuh manusia lain, seperti dalam firman Allah :


مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَا أَحْيَا النَّاسَ جَمِيعًا

“Barangsiapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena orang itu (membunuh) orang lain, atau bukan karena membuat kerusakan dimuka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barangsiapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara kehidupan manusia semuanya.” (QS. Al Maidah: 32).

Sekali lagi, bahwa semua orang termasuk umat Islam geram dan mengutuk atas tindakan teror bom bunuh diri dan pembunuhan karena tidak sekalipun Islam mengajarkan/menganjurkan melakukan tindakan bodoh bunuh diri dan membunuh. Juga terang saja saya selaku penulis menghaturkan bela sungkawa yang sedalam dalam nya terhadap semua korban luka dan meninggal akibat peristiwa teririsme di Surabaya.

B. Spekulasi Terorisme dan Variable Ketiga
1. Pengalihan Isu Politik
Sebagai insan akademis selayaknya kita berpikir berimbang dari segala faktor dan segala sisi agar menghasilkan kesimpulan yang seobjektif mungkin. Dalam kaitan nya dengan terorisme, tidak sekali saja selalu terdapat kaitan dengan dunia politik, seperti peristiwa besar politik yang sebelumnya terjadi terlupakan secara objektif karena ada isu baru yang lebih mengerikan seperti terorisme.
Masih ingat teori komunikasi politik oleh Lord Windlesham yang di dalamnya juga terdapat teori Political spin? 
Political spin yaitu usaha maksimum yang dilakukan oleh konsultan politik atau komunikator politik, untuk membuat pernyataan di media dengan melakukan manipulasi dan penenggelaman peristiwa dengan isu atau peristiwa baru untuk meredam debat public. (Soebakti : 2012). Pada awal penerapan nya political spin memang bertujuan baik untuk meredam kisruh di masyarakat akibat suatu peristiwa namun seiring berjalan nya waktu, political spin semakin hari semakin jauh dari tujuan awal malah semakin buruk dengan media sebagai alat untuk memutar balikan suatu peristiwa dengan peristiwa lainnya.
Bukan sekali dua kali cara political spin ini diterapkan di Indonesia, seperti kasus lumpur lapindo yang tiba-tiba terlupakan masyarakat, lalu aib bank century, dan masih banyak lagi. Dalam kaitan nya dengan teror bom, dalam periode kepemimpinan yang sekarang setidaknya terdapat 2 peristiwa politik yang tertimbun oleh kasus terorisme :
a. Bom Sarinah
Peristiwa bom sarinah terjadi pada 14 januari 2016 yang pada saat itu juga bertepatan dengan kontrak perpanjangan PT.freeport di Papua. Dilansir dari liputan6.com, Rabu (13/1/2016), PT. Freeport harus melepas sahamnya dan menawarkan kepada perusahaan Indonesia selambat-lambatnya hari ini dan tidak ada perpanjangan waktu. Saham mereka harus dilepas sebesar 10,64 persen. Kewajiban ini mengacu pada Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 77 Tahun 2014. 
Indonesia memberikan Freeport divestasi sebanyak 3 tahap. Tahap 1 yakni saham 9,36 persen sudah dimiliki pemerintah. Tahap 2 sebesar 10,64 persen pada hari ini, dan tahap 3 sebesar 10 persen pada 2019 mendatang.
Entah memang kebetulan atau bukan, ledakan bom di Sarinah bertepatan dengan divestasi Freeport yang kedua. Mungkinkah ada pihak-pihak yang sengaja mengacaukan isu tersebut.

b. #2019gantipresiden Vs. #Diasibukerja
Belum hilang dalam ingatan, kerusuhan yang terjadi di bunderan HI Jakarta pada 29 april lalu antara kelompok yang mengenakan baju #2019gantipresiden dan kelompok yang mengenakan baju #diasibukerja.
Peserta aksi #2019gantipresiden hadir ke bunderan HI Jakarta sebagai repons terhadap Perpres no 20 tahun 2018 yang dinilai memberi keleluasaan lebih terhadap tenaga kerja asing sementara melupakan kondisi tenaga kerja rakyat Indonesia yang saat ini masih sangat menyedihkan dengan tingkat pengangguran dan sistem buruh "out sourching" yang jelas mencekik rakyat. Dalam aksinya, peserta yang mengenakan baju #2019gantipresiden "tanpa sengaja" bertemu dengan kelompok pengunjung car free day lain dengan mengenakan baju #Diasibukerja dan berujung intimidasi terhadap peserta aksi #Diasibukerja seperti yang viral dalam berbagai media sosial. Namun yang mengeherankan disana kedua kelompok yang berseteru tersebut mengenakan gelang yang sama. Ya kita sebut saja "Gelang kode", karena perseteruan kedua kelompok tersebut penuh dengan teka-teki yang membuat banyak orang geram dan menjadi sangat Viral di berbagai sosial media dengan spekulasi ditunggangi intrik politisi. Pada dasarnya perseteruan kubu pro dan oposisi pemerintah harus disikapi dengan kebijaksanaan, karena segala bentuk "kesibukan" kerja pemerintah jika tidak pro rakyat untuk apa? Lalu untuk yang menginginkan "2019 ganti presiden" sudah mampukah mengingatkan presiden dalam setiap kebijakan yang diambil?
Yang jelas berbagai isu tentang kesalahan pemerintah baik perpres tenaga kerja asing, inflasi rupiah yang semakin melemah, penjualan berbagai saham negara, dan #2019gantipresiden hampir tertutup oleh peristiwa terorisme di Surabaya ini.

2. Variable Ketiga
Situasi politik di Indonesia saat ini memang sedang hangat-hangat nya terlebih kita sedang memasuki musim politik, namun tidak bisa kita hanya berkutat pada dugaan dalang masalah hanya dari 2 variable saja yaitu yang pro pemerintah dan yang kontra pemerintah. 
Dalam kaitanya dengan motif dan dalang dari peristiwa tersebut, Asep Iqbal Mahasiswa Pasca Sarjana UPI dalam tulisannya yang berjudul "Kerusuhan di Mako Brimob dalam Persfektif Kewaspadaan Nasional, mengatakan bahwa sesaat setelah meletusnya peristiwa tersebut, maka bermunculanlah berbagai spekulasi yang muncul, salah satu spekulasi yang membahayakan adalah pengkambing hitaman pemerintah sebagai dalang dari kondisi tersebut, bahkan telah membuat semacam broadcast yang disebarkan di media-media sosial. Beliau juga mengatakan bahwa jangan melupakan variable ketiga dalam setiap rentetan peristiwa terorisme di Indonesia saat ini, yaitu pihak asing. Mungkin belakangan juga santar terdengar mengenai ISIS sebagai dalang dari berbagai rentetan terorisme yang terjadi di Indonesia, dan Polri masih terus mendalami motif kasus ini dan kemungkinan-kemungkinan variable ketiga yang menjadi otak dibalik semua aksi teror dalam sepekan ini.

C. Kesimpulan

Pada intinya, apa yang terjadi dalam sepekan ini merupakan peristiwa yang sangat memilukan dan menguji keutuhan berbangsa dan bernegara bagi seluruh umat beragama dan seluruh elemen masyarakat di Indonesia. Kita harus membenahi diri masing-masing secara bijaksana, tidak mudah terprovokasi (karena gembong pelaku belum jelas) adalah yang paling utama, Polri melakukan evaluasi agar tidak kecolongan dalam langkah pencegahan jatuhnya korban dan kasus teror yang serupa, pemerintah dengan kebijakan yang mengikat publik nya harus mampu melindungi segenap bangsa Indonesia seperti yang di amanatkan UUD 1945 dengan secara kongkret dan serius menangani permasalahan ini, jangan terlalu lama merevisi UU terorisme, dan jangan terlalu sibuk kerja sama dengan negara asing jika jelas hanya menyengsarakan rakyat Indonesia saja, terakhir Mahasiswa harus menjadi garda terdepan sebagai kaum intelektual yang kritis responsif dan solutif terhadap berbagai peristiwa yang terjadi di Indonesia, jaga terus keutuhan NKRI, jangan mudah termakan politik devide et impera (adu domba).
Demikian tulisan ini saya sampaikan dengan penuh keresahan terhadap berbagai peristiwa terorisme di indonesia saat ini. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam kata dan kalimat, karena kesempurnaan datangnya dari Allah dan kesalaham dari saya selaku manusia. Semoga tulisan ini menjadi bahan renungan bagi penulis khususnya, maupun masyarakat pada umumnya.


Caheum, 12 mei 2018
Robby Xandria Mustajab

Previous Post
Next Post

Unit Pers dan Penerbitan HMCH adalah salah satu unit khusus dalam intern Himpunan Mahasiswa Civics Hukum Jurusan Pendidikan Kewaganegaraan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia yang bergerak di bidang jurnalistik

4 comments:

  1. Terbaik bapaku yg satu ini

    ReplyDelete
  2. Sy setuju dg bp robby. Balik lagi ke jaman dulu dimana NKRI berhasil dijajah karena politik belanda "devide de impera". Jangan sampai terulang kembali. Karena kita sbg warga negara yang baik harus menjaga ideologi dari pancasila itu sendiri karena merupakan nilai-nilai luhur budaya dan religius bangsa indonesia. sbg mana yang dikatakan di sila pertama yang berbunyi "ketuhanan yang maha esa" yang menjunjung kpd Percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya masing-maisng menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Bila itu terjadi jangan sampai politik meruntuhkan negara kita sendiri. Ceuk pa karno ge kita akan lebih sulit jika kita dijajah oleh bangsa kita sendiri daripada penjajah asli

    ReplyDelete