Sunday, December 15, 2024

Rasa Iba Jadi Tameng Sang Pemerkosa

Oleh: Akmaludin

Sosok Agus Buntung, pelaku pelecehan

(Sumber: Tribunnews.com)

Tak dikira, Seseorang yang dalam kondisi difabel bisa menjadi seorang pelaku pelecehan seksual. Inilah Agus atau I Wayan Agus Suwartama, atau yang lebih dikenal oleh masyarakat dengan sebutan Agus Buntung. Diantara fenomena trilogy agus yang viral di bulan desember ini, Agus bunting menjadi sosok paling mind blowing, siapa yang menduga seorang pemuda yang tidak memiliki kedua tangan bisa menjadi pelaku pelecehan seksual belasan Wanita.

Dalam awal kasus pemerkosaan yang dituduhkan kepada Agus, netizen mengira jika polisi hanya asal tangkap dan asal menuduh karena melihat kondisi Iwas yang tidak memiliki tangan, “Pakai baju saja saya masih dibantu ibu” untuk mengundang simpatik warganet. Tetapi hal ini dipatahkan oleh seorang pakar psikologi Forensik yaitu Reza Indragiri, dalam wawancaranya Bersama Jurnalis Inews dalam kanal Yotutube Official, dalam wawancaranya tersebut Reza mengungkapkan bahwa, Agus mungkin saja melakukan tindakan asusila.

"Mungkin, kenapa? Karena barang kali sebagian kalangan yang menganggap itu tidak mungkin, itu lebih dikarenakan mereka berimajinasi tentang maaf adegan pemerkosaan." Ungkapnya. "Ada tangan pelaku yang mencengkeram tangan korban, dan aktivitas-aktivitas fisik yang sifatnya intimidatif lainnya terhadap korban," beber Reza dalam wawancaranya pada Senin, 9 Desember 2024.

Reza menyimpulkan bahwasannya bisa saja siasat yang digunakan Iwas ini bukan melalui paksaan secara fisik, melainkan pendekatan secara halus dengan teknik psikologi yang dinamakan Grooming Behavior, yaitu membuat korban merasa dekat dan percaya terhadap pelaku, sehingga Teknik manipulatif ini tidak benar-benar memerlukan tindakan fisik secara umum. Artinya, tindakan asusila yang dilakukan agus benarlah bisa  terjadi, bahkan pada saat ini Agus atau Iwas Ini sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.

Pada keterangan terbaru, jumlah korban yang melapr sudah 19 wanita. Menurut dari keterangan para korban dan orang-orang yang mengenal Iwas, motif yang dilakukannya sangat beragam, sepert minta tolong untuk membukakakn resleting saat dia mau buang air kencing, meminta tolong telepon ibunya agar bisa mendapatkan nomor korban maupun calon korban, dan memanfaatkan rasa iba orang lain dengan mendatangi Wanita yang sedang duduk lalu berujar “maaf kak, aku bukan pengemis, aku Cuma mau tanya apakah aku pantas buat hidup?” sehingga terjadi obrolan Panjang dan disinilah grooming behavior diterapkan oleh Agus, atau mengajak ngobrol target yang terlihat sedang duduk galau sendiri di taman.

Perkembangan terbaru kasus pelecehan seksual oleh Agus Buntung, diduga ibunda agus juga terlibat dalam kasus ini. Dikutip dari salah satu video TribunNews bahwa ibunda agus terlibat dengan cara berbicara dan ikut merayu korban melalui telepon agar melakukan pemintaan dari agus, serta diiming-imingi satu kilogram emas.

Sungguh mencengangkan bukan? Seseorang yang dianggap lemah dan disebut distabilitas tenyata bisa sebejat itu? Ini menjadi perhatian dan trending dalam seminggu kebelakang. Kesimpulan yang dapat kita ambil adalah bahwasannya kita tidak bisa melihat orang hanya dari kondisi raga dia, tetapi banyak hal yang tidak bisa kita lihat dibaliknya. Kondisi fisik yang tidak sempurna tidak menjamin orang tersebut lemah, karna bisa saja dia memiliki psikologis yang kuat untuk memperdaya dan melakukan tipu daya. Berhati-hatilah pelecehan tidak hanya terjadi karena adanya kesempatan, tetapi bisa juga melalui tipu daya dan kebohongan. Rasa iba hamper menutup mata kita semua dari kenyataan, Agus berhasil menjadikan keibaan sebagai senjata dalam tindakan kesusilaan. 

 


Previous Post
Next Post

Unit Pers dan Penerbitan HMCH adalah salah satu unit khusus dalam intern Himpunan Mahasiswa Civics Hukum Jurusan Pendidikan Kewaganegaraan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia yang bergerak di bidang jurnalistik

0 comments: