Oleh : Iwan Kartiwa
History
negeri yang subur tapi kabur, yang kaya tapi melarat, negeri ini penuh dengan
tumpukan tragedi yang di gulung dalam catatan sejarah yang kini hanya menjadi
cerita belaka, dulu katanya negeri ini kolam susu dulu katanya negeri ini,
negeri surga nyatanya negeri ini jadi neraka bagi bangsanya sendiri, sungguh
menyayat hati bangsa di negeri ini hanya menjadi budak di negerinya sendiri.
Maka hal yang wajar jika
pemberontakan atas nama bangsa menggelora di mana-mana, mencari keadilan di
atas tumpukan kemunafikan, catatan sejarah yang pernah terkuak , banyak yang
mengungkap gelora pemberontakan yang menjadi bom waktu untuk hancurnya negeri
yang kita cintai ini, sebut saja tragedi yang pernah terjadi di aceh yang tidak
memakan waktu yang singkat, gerakan separatis yang terjadi sejak awal tahun
1953 yang kita kenal dengan peristiwa DI TII.
Hal yang melatarbelakangi peristiwa
ini adalah unsur kekecewaan terhadap pemerintahan pusat yang di pimpin oleh
Daud Beureh, setelah kasus ini berhasil diredam oleh pemerintah, kasus serupa
kembali muncul hanya berbeda nama
peristiwa ini di kenal dengan nama NAM atau Negara Aceh Merdeka. Peristiwa
yang terjadi pada tahun 1974 yang di pelopori oleh Dr. Hasan Tiro sebagai luapan
kekesalan atas pencabutan hak aceh sebagai daerah istimewa.
Itu baru peristiwa menggoyahkan yang datang dari sebelah barat
negeri ini belum lagi masalah-masalah yang muncul di belahan negeri yang
lainnya, dan gerakan-gerakan separatis ini muncul sebagai jalan dari rakyat
untuk mencari keadilan di negeri ini, dan memang sulit jika rakyat yang
melakukan gerakan separatis itu untuk di salahkan karena memang pemerintah pun
belum mampu menciptakan ke adilan di Negara yang kita cintai ini. Namun jika di
biarkan imbasnya adalah untuk keutuhan negeri ini, gerakan-gerakan separatis
ini bak bara dalam sekam yang suatu saat akan membakar keutuhan negeri ini,
dan tugas kita bersama orang-orang yang sadar dengan pentingnya keutuhan negeri
ini untuk secepatnya bergerak menangani masalah ini. Sebagai fungsi kita sebagai agen of change.
0 comments: