Oleh : YB
Begitu
kagum aku melihat negeri ini, daratan nusantara yang luas nan subur serta penuh
kultur yang mempesona bagaikan miniatur surga yang tergeletak dan tersedia
untuk para makhluk yang cinta akan keindahan maupun kenikmatan. Membayangkan
negeri ini seraya berada di negeri dongeng.
Sia-sia saja lamunan indah ku terhadap negeri ini sehingga aku harus
berpikir akan keadaan sesungguhnya negeri ini yang penuh dengan tantangan dan
cobaan. Selama ini aku tidak pesimis akan keadaan sesungguhnya negeri ini. Aku
sedang berpikir bagaimana cara memperbaiki tatanan negeri Indonesia ku
tercinta. Kenapa aku bilang seperti ini karena permasalahan yang sedang
dihadapi negeri ini begitu kompleks. Seperti permasalahan ekonomi yang terus
diberondong oleh hegemoni kapitalis,
politiknya yang terus berada dalam bayang-bayang liberal dan praktik KKN,
kulturnya yang semakin terkikis oleh era globalisasi/modernisasi, kekayaan
alamnya yang termiskinkan oleh imperialisme barat, dan yang paling vital adalah
pemimpinnya yang berebut akan kekuasaan demi kejayaan kendaraan politiknya.
Aku
mengkritisi negeri ini bukan karena benci dan pesimis melainkan aku peduli
serta membuka penyadaran akan problematika yang klasik dari tahun ke tahun.
Negeri ini dibangun dengan konsep Demokrasi Pancasila. Tapi nyatanya konsep itu
hanya angan-angan belaka yang indah didengar namun sulit dirasa. Aku
menganalogikannya seperti menara Eifel di
Paris yang tinggi menjulang nan indah mempesona namun sulit untuk dijangkau
hanya bisa dilihat dengan mata yang penuh harap untuk menggapainya. Kedaulatan
yang katanya berada ditangan rakyat, namun nyatanya kedaulatan berada pada
ke-Uangan yang maha berkuasa dan secara tidak langsung ini mencerminkan
konsepsi negara liberalis-kapitalis.
Aku berharap konspesi yang
sudah dibangun oleh para pejuang dan penggagas berdirinya Negara ini bisa
diterapkan sesuai dengan cita-cita asas kesaktian Pancasila. Konsep tersebut
bukan hanya sebatas konsep, melainkan sebuah kultur dan harapan masyarakat
Indonesia.
0 comments: