Oleh: Rima Suryani
“Wahai
manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari laki-laki dan perempuan, dan
Kami menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal.
Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kalian adalah orang yang paling
bertaqwa di sisi Allah”. (Q.s
Al-Hujurat:13).
Potongan ayat
diatas merupakan salah satu firman Allah yang menjadi cerminan bahwa manusia
diciptakan dengan begitu beragam. Namun, perbedaan tersebut bukan untuk
dijadikan pemisah diantara sesama manusia. Perbedaan ibarat warna yang akan
mewarnai hidup yang hambar menjadi lebih
bermakna. Jika Allah berkendak, dengan kuasa-Nya, semua perbedaan itu akan
dengan mudah dilenyapkan-Nya. Tapi, Allah Maha Tahu, jika semua manusia
diciptakan sama, betapa akan membosankannya dunia.
Perbedaan
membuat kita dapat saling berbagi dan belajar banyak hal. Segala kelebihan yang
ada dalam diri orang lain dapat membuat kita terpacu untuk terus belajar lebih
baik dan menyadari betapa banyak kekurangan yang harus terus kita perbaiki.
Namun, menyatukan perbedaan bukan perkara yang sepele. Perbedaan masih sering
menjadi jurang pemisah yang menimbulkan jarak diantara sesama manusia. Perlu
ada suatu jembatan agar perbedaan itu dapat lebur menjadi satu. Jembatan itu
bernama KEBERSAMAAN.
Kebersamaan
merupakan kunci untuk memahami segala keunikan yang dimiliki setiap manusia.
Sudah menjadi kodrat manusia untuk senantiasa hidup bersama dengan manusia
lain, seperti yang dikemukakan oleh Arstoteles yang menyatakan bahwa manusia
merupakan makhluk sosial (zoon politicon),
yaitu makhluk yang selalu membutuhkan orang lain dan tidak bisa hidup sendiri.
Disadari atau tidak, dalam setiap detik yang kita lalui, pasti ada uluran
tangan orang lain yang senantiasa membantu kita. Setiap derap langkah yang kita
lewati, pasti ada orang yang mendampingi untuk bersama-sama merekam jejak
langkah tersebut.
Pendapat
dari Aristoteles tersebut juga didukung oleh pernyataan dari Albert Ellis yang
berpendapat bahwa manusia memiliki kecenderungan-kecenderungan untuk memelihara
diri, berbahagia, berpikir, mencintai, bergabung dengan orang lain, serta
tumbuh dan mengaktualisasikan diri. Oleh karena itu, tidak jarang manusia
memiliki kelompok-kelompok tersendiri. Kelompok yang membuat ia merasa
dihargai, dicintai dan tempat untuk mengaktualisasikan diri. Salah satu kelompok tesebut adalah kita,
sebagai sebuah organisasi Unit Pers dan Penerbitan (UPP).
UPP sebagai sebuah unit khusus di
bawah BEM HMCH (Himpunan Mahasiswa Civic Hukum), telah kita pilih sebagai tempat
untuk menyatukan semua asa dan cita bersama. Tujuan UPP merupakan sebuah
patokan yang menjadi arah dalam kita melangkah. Tujuan yang akan meleburkan
segala perbedaan yang ada dalam rangkulan kebersamaan yang penuh cinta. Seperti
layaknya semboyan negara kita, Bhineka Tunggal Kita, meskipun kita berbeda-beda
tapi tetap satu jua.
Tidak mudah menyatukan berbagai pikiran menjadi satu
suara. Tidak mudah menjaga ikatan kekeluargaan ditengah banyaknya problema yang
menghadang. Tidak mudah membuktikan bahwa kita bisa menghasilkan karya ditengah
keraguan yang kadang melanda. Namun percayalah, kebersamaan mampu meleburkan
itu semua. Kebersamaan yang penuh cinta dan rasa saling memiliki yang akan menjaga
rangkulan kekeluargaan kita dalam Unit Pers dan Penerbitan HMCH UPI.
0 comments: