Oleh Nurrobaniah Anggraeni
Pertemuan hadir karena adanya perpisahan.
Kita tidak bisa menyalahkan perpisahan, karena itu merupakan bagian kecil dari
proses kehidupan. Namun ketika kita dihadapkan pada sebuah perpisahan, disana
pula kita akan bertemu dengan sebuah pertemuan yang baru. Bagaimana cara kita
menghadapi pertemuan itulah yang menjadi masalah awal. Tidak banyak orang yang
memberikan kesan baik pada awal pertemuan atau bahkan sebaliknya, memberikan
kesan buruk. Itu bukanlah permasalahan besar pada setiap pertemuan,
permasalahan besarnya adalah apakah kita siap menyatu dengan pertemuan yang
baru?
Tidak bisa dipungkiri bahwa setiap orang
memiliki zona nyaman mereka masing-masing. Bukan, itu bukan sebuah masalah,
semua orang berhak memiliki zona nyaman mereka masing-masing. Tapi apakah kita
semua sadar bahwa kita adalah makhluk sosial? Sekarang atau nanti, kita memerlukan
bantuan dari orang lain. Disinilah masalahnya, apakah kita siap keluar dari
zona nyaman kita? Membangun zona-zona nyaman lainnya? Bukankah kita
mengharapkan sebuah kebersamaan yang utuh disetiap pertemuan yang telah
disediakan secara gratis oleh Yang Maha Mengatur?
Apakah semudah itu membangun sebuah
kebersamaan? Itu pertanyaan sering muncul di benak kita kan? Oke, jawaban dari
saya adalah tidak semudah itu, kecuali ada kemauan dari dalam diri kita sendiri
untuk membangun kebersamaan itu sendiri. Seadar atau tidak, sekarang kita hidup
pada zaman dimana derajat dari sebuah kata “gengsi” berada pada tingkatan
paling atas. Mau “minta maaf” terhalang gengsi, mau bilang “terimakasih”
terhalang gengsi, mau “minta tolong” terhalang gengsi. Terus apakah kita sanggup
untuk hidup sendiri saja? Hati-hati saja, jangan sampe “Gengsi” jadi prinsip dari
hidup kita, baik secara sadar maupun tidak sadar.
Kebersamaan merupakan rasa memiliki yang ada
dalam diri masing-masing setiap orang yang ada di dalamnya, entah dalam ruang
lingkup keluarga, pertemanan, persahabatan maupun organisasi. Begitu mudah
membangun sebuah kebersamaan dalam ruang lingkup keluarga, teman dan sahabat.
Namun begitu sulit membangun sebuah kebersamaan dalam ruang lingkup organisasi.
Karena dalam suatu organisasi, terdapat berbagai macam orang yang berasal dari
berbagai latar belakang yang berbeda. Tapi sadar tidak sadar kita sering
mengagung-agungkan bahwa “perbedaan bukanlah sebuah penghambat, tetapi
perbedaan adalah pelengkap satu sama lain”, begitu yang banyak diungkap orang
banyak.
Terkadang kita buta dengan sebuah kalimat
“perbedaan”, tidak jarang terjadi sebuah perpisahan akibat adanya perbedaan. Perbedaan
bukan sebuah penghalang, komitmen yang terkesan dijadikan permainanlah yang
menjadi penghalang. Menurut saya komitmen dan rasa memiliki akan sesuatu
merupakan faktor penting dalam sebuah organisasi. Karena ketika setiap orang tidak
memiliki komitmen terhadap sebuah organisasi, maka dengan mudah orang tersebut
akan meninggalkan organisasi itu sendiri. Lalu bagaimana dengan rasa memiliki?
Oke, bayangkan ketika kita memiliki sesuatu apapun itu, tetapi disatu sisi kita
tidak merasa memiliki hal tersebut. Maka saat sesuatu itu hilang, kita akan
merasa biasa saja. Berbeda ketika kita merasa memiliki sesuatu, saat sesuatu
itu hilang, kita akan merasa ada yang hilang dari hidup kita sendiri.
Kedua hal itulah yang harus ditumbuhkembangkan
dalam sebuah organisasi. Dua hal itu akan menghidupkan kebersamaan dengan
sendirinya. Selain itu, kebersamaan juga akan timbul akibat adanya perasaan
yang sama atau dapat dikatakan adanya kedekatan secara emosional. Kedekatan itu
akan hidup dari berbagai kegiatan, formal maupun nonformal. Karena hidup
diibaratkan sebagai dua sisi mata uang, mereka tidak bisa dipisahkan satu sama
lain. Komitmen dan rasa memiliki akan timbul dari adanya kegiatan-kegiatan
formal, sedangkan kedekatan emosional akan timbul dengan adanya
kegiatan-kegiatan nonformal. Kegiatan formal dapat berupa pelaksanaan dari
program kerja sebuah organisasi yang berorientasi pada visi misi organisasi itu
sendiri. Kegiatan nonformal dapat berupa kumpulan semua anggota organisasi dan
diadakan ditempat-tempat yang terkesan Fun,
saling bertukar cerita, pengalaman hidup yang paling berkesan mungkin dan
sebagainya, serta tentunya terlepas dari hal-hal yang berbau formal.
Ketika Hard
Feeling telah hilang dalam pribadi setiap anggota organisasi, maka
kebersamaan akan muncul dan terus hidup. Karena kebersamaan ada karena kita
yang menciptakannya.
0 comments: