Oleh Robby Xandria Mustajab
Mahasiswa S1 Departemen Pendidikan Kewarganegaraan
Tulisan
kali ini akan mengkaji mengenai masalah kehidupan yang memang tidak akan pernah
ada habisnya,(ya paling tidak selama kita hidup). Hal paling mendasar yang
sering menjadi masalah adalah mengenai harapan dan kenyataan.
Berbicara
mengenai harapan dan kenyataan, saya jadi teringat sepenggal lirik dari Rizki
Febian, "Sungguh percuma saja, ku mencintai nya tapi tak di cintai".
Kalian pasti tau lagunya, tapi kali ini bukan masalah percintaan yang akan kita
bahas, melainkan mengenai harapan dan kenyataan.
Dan
taukah kalian?
Bahwa
harapan dan kenyataan itu selalu menjadi sumber dari setiap masalah dalam
kehidupan kita.
Contoh
:
1.
Saya harusnya di hormati orang-orang!
2.
IPK saya harusnya diatas 4!(hah?)
3.
Saya harusnya mendapatkan cinta dari wanita itu!
4.
Saya tidak seharunya diperlakukan seperti ini!
5.
Saya tidak seharusnya mendapatkan IPK sekecil ini!
6.
Dia tidak seharusnya mencampakan cinta saya seperti ini!
Dan
seterusnya...
Tanpa
disadari hidup kita dipenuhi oleh harapan dan keharusan lingkungan memenuhi
keinginan kita! Lalu bagaimana jika harapan tidak terpenuhi? Maka menangis,
kecewa, marah, dan sedihlah kita yang akhirnya menimbulkan konflik di
kehidupan kita.
Suatu
teori mengatakan bahwa Das sein dan Das sollen sulit sekali dicapai. Benarkah
demikian?
Harapan
dan kenyataan adalah suatu keniscayaan yang keberadaan nya tidak bisa
dipungkiri. Namun mengapa sebagian orang berpikir das sein dan das sollen sulit
di capai? Sebenarnya harapan dan kenyataan itu bisa lho di capai, tetapi seakan
sulit itu karena ekspektasi kita akan suatu hal dipandang tidak proposional
dengan usaha yang kita lakukan.
Dalam
hidup kita terlalu sering menuntut dan meminta agar lingkungan memperlakukan
kita dengan baik,agar kita diberi nilai bagus, agar kita dicintai dan
dihormati.
Maka
saat harapan kita tidak lingkungan penuhi, kecewalah kita. Namun sebaliknya
ketika kita berusaha memberi kebaikan, memberi cinta, rasa kasih sayang, hormat
kita pada orang lain, tidak akan ada yang akan membebani kita karena kita
memberikan cinta kita, hormat kita, sayang kita, dan memberi usaha maksimal
dalam setiap nilai yang kita dapat dan pada akhirnya kita tidak akan pernah
dikecewakan kenyataan malahan harapan kita akan terwujud. Ketika kita sudah
paham akan hal ini mungkin Rizki Febian tidak akan pernah merasa percuma lagi
telah mencintai meski tak dicintai, karena kita memberi cinta kita bukan
menuntut cinta dari orang lain.
Intinya
memelihara harapan adalah dengan usaha kita memberikan sesuatu bukan menuntut
sesuatu, dan usaha maksimal merupakan cara kita untuk membuat harapan itu
menjadi sebuah kenyataan.
0 comments: