Oleh Estu Supriyadi NIM 1504955
Mahasiswa S1 Departemen Pendidikan Kewarganegaraan
Terpujilah wahai engkau ibu bapak
guru
Namamu akan selalu hidup dalam
sanubariku
Semua baktimu akan kuukir di dalam
hatiku
Sebagai prasasti terima kasihku
Tuk pengabdianmu
Engkau sebagai pelita dalam kegelapan
Engkau laksana embun penyejuk dalam
kehausan
Engkau patriot pahlawan bangsa
Tanpa tanda jasa
Itulah
lirik dari hymne guru karya cipta Sartono, singkat namun penuh makna bahkan mungkin
saja untuk sebuah profesi hanya guru yang memiliki hymne sehingga memang dapat ditafsirkan
bahwa hanya gurulah profesi yang sangat berjasa untuk semua orang di muka bumi
ini khususnya dalam dunia pendidikan.
Guru
“digugu jeung ditiru” mungkin itulah sebuah ungkapan dalam bahasa sunda untuk
seorang guru betapa mulianya pekerjaan yang dilakukannya. Segala perbuatan dan
tindakan yang dilakukan oleh seorang guru pada dasarnya menjadi suri tauladan
untuk kemudian dicontoh para peserta didiknya. Guru bahkan tidak hanya sekedar
profesi dia juga mengabdi untuk Negara, mengemban amanah yang sangat berat yang
tertuang pada tujuan Negara Indonesia dalam pembukaan UUD 1945 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa.
Dalam
islam pun peran guru sangat mulia mereka yang akan membimbing semua
murid-muridnya untuk mendekatkan diri pada Allah Swt dengan menyeru untuk
selalu berbuat kebaikan dan beribadah kepada-Nya. Rasulullah Saw bersabda,
“Sesungguhnya Allah, Malaikat-malaikat-Nya, penghuni langit dan penghuni bumi,
hingga semut dalam lubangnya dan ikan dalam lautan, bersholawat (mendo’akan)
para pendidik manusia kepada kebaikan” (Kitab Mukhtarul Hasan Wasshahiih). Dari
sabda Rasulullah tersebut jelas Allah Swt meninggikan peran dan derajat seorang
guru karena jasanya menuntut manusia untuk selalu berbuat kebaikan dan bahkan
semua makhluk di seluruh alam semesta pun ikut mendoakan karena jasa besar yang
telah dilakukan oleh seorang guru.
Namun
apa yang sudah diberikan oleh seorang guru terhadap generasi muda di Indonesia
seolah-olah tidak mendapatkan apresiasi terbaik dari pemerintah. Berbicara
pengabdian tentu kita tidak perlu berpikir untuk itung-itungan namun berbicara
hidup sejahtera seharusnya sebuah profesi bisa membuat seseorang yang menggelutinya
dapat hidup sejahtera atau idealnya bisa menghidupi dirinya sendiri dan bahkan
keluarganya. Tetapi apa yang terjadi dalam realita seorang guru di Indonesia
saat ini khususnya guru yang masih honorer, banyak dari mereka yang belum
mendapatkan apresiasi dan kehidupan yang layak. Mulai dari masalah gaji yang
masih dibawah UMK atau telat turunnya gaji hingga berbulan-bulan lamanya.
Kondisi seperti ini tentunya menjadi bukti bahwa profesi guru di Indonesia
belum bisa menjadi pilihan terbaik untuk meniti karir jika aprsiasiasi
pemerintah belum bisa mengayomi seorang guru untuk mendapatkan kesejahteraan
yang sesuai dengan apa yang telah mereka lakukan untuk bangsa ini.
Petikan
lagu Oemar Bakri dari Iwan Fals menggambarkan seorang guru yang sudah 40 tahun
mengabdi dan banyak menciptakan menteri tapi gajinya seperti dikebiri hingga
saat ini rupanya masih menjadi cerminan belum sejahteranya kehidupan seorang
guru. Bahkan baru-baru ini dikutip dari Republika Online ribuan tenaga honorer
yang tergabung dalam Forum Honorer Kabupaten Indramayu (FHKI) berunjuk rasa ke
gedung DPRD dan Pendopo Kabupaten Indramayu, pada hari Senin 20 November 2017.
Dalam aksinya, mereka menuntut surat keputusan (SK) pengangkatan menjadi honor
daerah demi perbaikan nasib. Mereka menuntut gaji guru yang diterima sesuai
dengan UMK namun upaya mereka masih saja terkendala dengan kebijakan-kebijakan
pemerintah yang nyatanya hanya merugikan mereka.
Dari
sekian kondisi pelik yang masih dialami hingga detik ini, seorang guru
pantaslah berbangga hati karena hanya mereka profesi yang bisa mencetak
tunas-tunas harapan bangsa untuk masa depan. Hanya mereka yang rela dibayar
dengan upah minimum demi mendidik putra-putri Indonesia supaya menjadi generasi
bangsa yang terbaik untuk menggantikan peran dan melanjutkan estafeta para
pendiri bangsa dan hanya mereka yang mau dan berani berkorban waktu, pikiran
dan tenaga untuk tetap sabar dalam mendidik warga Negara Indonesia dari
beberapa latar suku, agama, ras dan antar golongan yang berbeda-beda kemudian menyatukan
persepsi diantara mereka dalam bingkai pendidikan untuk menciptakan warga
Negara yang Nasionalis dan menjungjung tinggi Pancasila.
Wahai
guru baktimu akan terus ku kenang sampai akhir hayatku, pengorbananmu tak
mengenal waktu dan perjuanganmu akan terus menggema dalam sanubariku. Selamat
Hari Guru untuk semua guru yang berjasa mencerdaskan kehidupan bangsa hingga
sampai detik ini Indonesia masih tetap ada.
0 comments: