Wednesday, April 27, 2016



Belajar Pada Aristotle Onassis
Oleh: Mohamad Rian Ari Sandi

Kali ini saya ingin merepost sebuah kisah hikmah yang terdapat dalam buku Dalam Dekapan Ukhuwah yang ditulis oleh Salim A. Fillah tentang pentingnya gelora dan antusiasme dalam mengusahakan sebuah tujuan. Beginilah kisahnya:
Anak muda itu, sekitar 17 tahun usianya. Dia imigran gelap dari Yunani yang teramat miskin. Tapi dia sangat ingin menjadi kaya. Baginya, gelora adalah keberanian memulai. Dengan penuh semangat.
Ketika dilihatnya saudagar tembakau terbesar Amerika berkantor di kotanya, dicarinya segala cara untuk bisa menemui orang itu. Setiap hari dia berdiri di seberang jalan, dekat kantor si saudagar. Setiap kali si saudagar menoleh dari jendela untuk melihat ke seberang, dilambaikannya tangan dengan antusias. Wajahnya tersenyum penuh minat dan pandangannya tajam.
Tujuh hari berturut-turut hal itu terjadi. Rasa penasaran si saudagar tak tertahankan lagi. Dipanggilnyalah anak muda bermata biru itu. “Kulihat kamu selalu melambaikan tangan padaku. Ada apa memangnya?” Si pemuda menjawab, “Saya bisa mencarikan tembakau yang lebih bagus dengan harga yang lebih murah untuk Bapak. Dari Brazil. Bapak tidak perlu membayar terlebih dahulu. Kalau tembakau sudah datang dan ternyata kualitasnya tidak bagus atau harganya lebih mahal, Bapak tidak perlu membayar.”
Sebenarnya sang saudagar belum terlalu yakin. Tapi dia mengangguk-ngangguk saja. Lalu dengan nada datar dia berkata, “Tawaranmu menarik. Bagaimana kalau aku mau?” Tanpa diduga anak muda ini menjabat tangannya dengan sangat yakin lalu berkata, “Kalau begitu, bolehkah saya minta kontrak kerja tertulis pada Bapak? Bunyinya begini: Saya nama..., pedagang tembakau yang beralamat di..., bersedia membeli tembakau dengan kualitas..., dengan harga harus lebih murah dari... US$/kg. Untuk tahap awal, boleh dikirim ... ton terlebih dahulu dan pembayaran akan dilakukan setelah barang tiba sesuai mutu dan harga. Apabila mutu dan harga tidak sesuai, pembayaran tidak akan dilakukan.”
Si saudagar setuju, karena kontrak itu benar-benar tanpa risiko baginya. Sama sekali tanpa risiko. Apalagi lama-lama ia kian terkesan dengan kegigihan pemuda miskin ini. Dengan gembira si pemuda berangkat ke Brazil menumpang sebuah kapal barang. Dikumpulkannya para pedagang tembakau di sana. Dengan sangat meyakinkan ia meminta mereka menjual tembakaunya ke pasar yang sangat besar: Amerika. Melihat surat kontrak bermaterai yang ditandatangani saudagar tembakau terkenal dari Amerika, mereka mengeceknya.
Ternyata sahih! Semua lalu setuju mengirim sampel dengan perjanjian, si pemuda akan mendapatkan presentase dari tiap transaksi yang dilakukan berikutnya. Dia kaya. Dan beberapa tahun kemudian, jadilah pemuda miskin itu seorang raja kapal terkaya di dunia. Namanya Aristotle Onassis.
Kecerdasan, percaya diri, kesabaran, dan komunikasi. Setidaknya itulah beberapa nilai yang saya dapatkan dari kisah tersebut.
Onassis –anggap saja begitu nama panggilannya—cerdas melihat peluang. Dia melihat bahwa ada tembakau yang secara kualitas dan harga lebih kompetitif dibandingkan tembakau yang digunakan oleh si saudagar. Maka ia menyusun rencana bagaimana caranya tembakau yang secara kualitas dan harga lebih kompetitif tersebut bisa ia tawarkan pada si saudagar.
Onassis juga percaya diri. Anda bayangkan saja, seorang anak muda miskin berusia 17 tahun berniat memulai bisnis dengan seorang pengusaha besar. Artinya, itu bukan bisnis ecek-ecek, itu bisnis besar. Seandainya diri kita ada di posisi si saudagar, atau rekan kerja si saudagar, maukah kita percaya untuk berbisnis dengan anak muda miskin tersebut? Dalam kondisi normal, orang banyak pasti meremehkan impian Onassis. Tapi Onassis yakin dengan reancananya. Ia tak sembarang yakin. Ia memiliki perhitungan bahwa ia ‘memiliki’ barang yang memang layak untuk ditawarkan. Ia juga sudah menyiapkan strategi manakala si saudara tertarik dengan tawarannya tersebut. Itulah alasan kenapa ia yakin untuk berdiri di pinggir jalan untuk menarik perhatian si saudagar.
Onassis pun memiliki kesabaran. Tujuh hari berturut-turut berdiri di sebrang jalan, mengamati setiap gerak-gerik si saudagar, lalu melambaikan tangan dan tersenyum di momen tepat si saudagar melihat ke jendela bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan. Tanpa kesabaran, boleh jadi ia kehilangan momen menarik perhatian si saudagar saat si saudagar tersebut melihat ke jendela karena pengamatannya lengah. Tanpa kesabaran pula, boleh jadi ia sudah menyerah di hari ketiga karena upayanya menarik perhatian si saudagar tidak ditanggapi. Tapi Onassis sabar. Ia pun tak asal sabar. Ia tak hanya sekedar berdiri di sebrang tersebut. Lambaian tangan, senyum, dan pandangan tajam merupakan kombinasi antusiasme yang ia tunjukkan setiap hari. Itulah makna sabar. Sabar bukan berarti pasrah begitu saja menerima nasib. Tapi sabar juga tentang konsisten proaktif melakukan upaya terbaik untuk mendapatkan hasil terbaik.
Dan Onassis juga lihai berkomunikasi. Saat kesabarannya berdiri di sebrang jalan berhasil menarik perhatian si saudagar, ia tak menyia-nyiakan kesempatan tersebut. Ia tak gugup. Ia sampaikan alasan dan maksud dari tingkah anehnya selama tujuh hari berdiri di sebrang kantor si saudagar. Dengan kepandaiannya berkomunikasi dan bernegosiasi, ia berhasil meyakinkan si saudagar untuk sudi menerima tawaran darinya dan menyepakati kontrak kerja resmi secara tertulis. Padahal, ia hanya seorang pemuda berusia 17 tahun yang miskin. Berbekal kontrak kerja sahih itulah ia pun bisa meyakinkan para petani tembakau di Brazil untuk mau mengirimkan tembakaunya ke pasar Amerika. Seandainya Onassis tak pandai berkomunikasi, boleh jadi upayanya berdiri tujuh hari di sebrang jalan sia-sia karena si saudagar tidak tertarik saat mendapatkan tawaran bisnis darinya.
Maka, mari kita belajar dari Aristotle Onassis.
Wallahu alam bish shawab.

Previous Post
Next Post

Unit Pers dan Penerbitan HMCH adalah salah satu unit khusus dalam intern Himpunan Mahasiswa Civics Hukum Jurusan Pendidikan Kewaganegaraan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia yang bergerak di bidang jurnalistik

0 comments: