Monday, October 15, 2012

Jangan Anggap Sampah


A.S Pratama Alisyahbana

Don’t judge the book from the cover, mungkin ungkapan itu cocok untuk menggambarkan bahwa tidak semua yang terlihat dari luar, sama dengan apa yang ada didalam, seperti layaknya durian yang berduri dari luar, tapi terdapat buah manis didalamnya, begitupula yang terjadi pada seseorang, tidak sepantasnya kita menggunjing seseorang karena tampilannya.
Setiap orang mempunyai cara, kebiasaan dan keinginan yang berbeda untuk mengeksplorasi atau mengekspresikan apa yang ada dalam dirinya, para pejabat atau diplomat mengekspresikan dirinya dengan berpakaian kemeja rapi dan dasi tergantung, seorang ulama mengekspresikan dirinya dengan memakai sorban atau peci dikepalanya, itu adalah cara mereka mengekspresikan dirinya kedalam pakaian yang digunakannya, ulama memakai sorban tanpa paksaan karena mengikuti keinginan hati, begitupula seorang sastrawan atau seniman, namun kadang luapan hati yang mereka ekspresikan kurang mendapat respon yang baik, orang-orang mengangap negatif hanya karena tampilan mereka.
Tampilan mereka adalah ekpresi hati mereka, ada filosofi hidup yang umum dianut oleh para pelaku seni atau sastra klasik, seperti rambut dibiarkan panjang bahkan terurai, mengekspresikan bahwa mereka tidak akan membatasi pemikirannya, membiarkan kreatifitas mereka terus mengalir tanpa ada yang membatasinya, tak jarang orang seperti itu dianggap orang yang tidak baik,  tampilan nyeleneh yang mereka tampilkanpun tak luput dari komentar seperti ungkapan “seniman itu tak lebih dari orang senewen”, stigma buruk terhadap orang bebas memang sudah sulit dihilangkan.
“Hidupnya berantakan”, kata itupun sering kita dengar dari kebanyakan orang saat melihat sastrawan atau seniman buhun, padahal itu jauh berbeda dari kenyataan,  judge dari orang-orang itu pernah disentil lewat lirik lagu The Balagadigdeg yaitu “Kami yang Berantakan tapi Kami yang Membuktikan, Kami yang dianggap Sampah tapi Kami yang Mengharumkan”, kita coba telaah makna dari lirik itu, “Kami yang Berantakan tapi Kami yang Membuktikan” adalah saat mereka dianggap hidup berantakan, mereka mampu membuktikan prestasi, dilirik kedua pun kita lihat “Kami yang dianggap Sampah tapi Kami yang Mengharumkan”, hanya karena tampilan mereka yang acak-acakan mereka sering kali hanya dianggap sampah, padahal kita lihat apa yang dilakukan sampah-sampah itu untuk Sang Garuda, mereka mengukir berbagai prestasi dikancah internasional untuk mengharumkan bangsa Indonesia.
Bicara tentang warga negara yang baik, apa ada patokan warga negara yang baik harus berambut pendek disisir mengkilap, berapakaian casual atau lainnya? rasanya tidak ada, yang paling penting adalah apa yang kita lakukan untuk bangsa dan negara kita, jangan ragukan tentang nasionalisme dari para seniman dan sastrawan, kita semua tentu tahu nama Iwan Fals seorang yang berantakan namun memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi, bahkan dikancah dunia dia mendapat julukan “The Hero from Asia”, lihat betapa membanggakannya hal yang kebanyakan hanya dianggap sampah. Beberapa orang berantakan yang justru membanggakan dan menjunjung tinggi nasionalisme, selain Iwan Fals, ada juga Sujiwo Tedjo, Arswendo Atmowiloto, Man Jasad, Pidi Baiq, tak hanya mereka, kelompok musikpun tak kalah berprestasi dikancah internasional dan tetap bangga membawa nama Indonesia seperti Slank, Superman Is Dead, GIGI, Shaggydog, The Sigit dan banyak lagi, tak lupa para pengusung msuik etnik seperti Saratuspersen dan Karinding Attack.
Orang yang  memandang buruk penjiwa seni karena tampilan, sejatinya hanya orang munafik yang iri dan tidak mampu membuktikan diri, sehingga mereka hanya mampu menggunjing dengan hanya melihat sisi buruk dari seseorang. Kita ada dijurusan PKn, program pendidikan yang mengajarkan toleransi dan saling menghargai, semoga tidak ada dikotomi atau pandangan buruk terhadap mahasiswa PKn yang mencintai seni dan mengekspresikannya lewat penampilan. Ingat pepatah “Dengan Agama hidup menjadi terarah, dengan Ilmu hidup menjadi mudah dan dengan Seni hidup menjadi Indah”.


Previous Post
Next Post

Unit Pers dan Penerbitan HMCH adalah salah satu unit khusus dalam intern Himpunan Mahasiswa Civics Hukum Jurusan Pendidikan Kewaganegaraan FPIPS Universitas Pendidikan Indonesia yang bergerak di bidang jurnalistik

0 comments: